Dari Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas
Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara
spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak
yang superiordalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada
ranah publik maupun privat).
Etimologi
Anarkisme
berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan
kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atauanarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang
berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini
merupakan kata bentukan a-(tidak/tanpa/nihil/negasi)
yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang
menerapkan kontrol dan otoritas - secara koersif, represif, termasuk perbudakan
dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan"
atau "pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah,
menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan
dikendalikan, dan lain sebagainya". Bentuk kata "anarkis"
berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.
"Anarkisme menurut Peter Kropotkin adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia"
"Anarkisme menurut Errico Malatesta yaitu Penghapusan
eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan
yang menindas"
Teori politik
Anarkisme
adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi,
maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki,
ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam
sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari
kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara
satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal:
"kebebasan
tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah
perbudakan dan kebrutalan"
Anarkisme dan kekerasan
Dalam
sejarahnya, para anarkis dalam berbagai gerakannya kerap kali menggunakan
kekerasan sebagai metode yang cukup ampuh dalam memperjuangkan ide-idenya,
seperti para anarkis yang terlibat dalam kelompok Nihilis di Rusia era Tzar,
Leon Czolgosz, grup N17 di Yunani. Slogan para anarkis Spanyol pengikutnya Durruti yang berbunyi:
”Terkadang cinta hanya dapat
berbicara melalui selongsong senapan”
Yang sangat sarat akan penggunaan kekerasan dalam sebuah
metode gerakan. Penggunaan kekerasan dalam anarkisme sangat berkaitan erat
dengan metode propaganda by the deed, yaitu metode
gerakan dengan menggunakan aksi langsung (perbuatan yang nyata) sebagai jalan
yang ditempuh, yang berarti juga melegalkan pengrusakan, kekerasan, maupun
penyerangan. Selama hal tersebut ditujukan untuk menyerang kapitalisme ataupun
negara.
Namun demikian, tidak sedikit juga dari para anarkis yang
tidak sepakat untuk menjadikan kekerasan sebagai suatu jalan yang harus
ditempuh. Dalam bukunya What is
Communist Anarchist, pemikir anarkis Alexander
Berkman menulis:
"Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau
kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara
yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali kekehidupan barbarisme atau
kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua.
Anarkisme berarti bahwa anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh
memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda.
Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang anda mau, memiliki
kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau serta hidup di dalamnya
tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian
dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan,
monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama
dalam kesetaraan." (Alexander
Berkman, What is Communist Anarchist 1870 - 1936)
Dari
berbagai selisih paham antar anarkis dalam mendefinisikan suatu ide kekerasan
sebagai sebuah metode, kekerasan tetaplah bukan merupakan suatu ide eksklusif
milik anarkisme, sehingga anarkisme tidak bisa dikonotasikan sebagai kekerasan,
seperti makna tentang anarkisme yang banyak dikutip oleh berbagai media di
Indonesia yang berarti sebagai sebuah aksi kekerasan. Karena bagaimanapun
kekerasan merupakan suatu pola tingkah laku alamiah manusia yang bisa dilakukan
oleh siapa saja dari kalangan apapun.
Sejarah dan Dinamika Filsafat Anarkisme
Anarkisme sebagai sebuah ide yang dalam perkembangannya juga
menjadi sebuah filsafat yang juga memiliki perkembangan serta dinamika yang
cukup menarik.
Anarkisme dan Marxisme
Marxisme dalam
perkembangannya setelah Marx dan Engels berkembang menjadi 3 kekuatan besar
ideologi dunia yang menyandarkan dirinya pada pemikiran-pemikiran Marx. Ketiga
ideologi itu adalah : (1) Komunisme, yang kemudian dikembangkan oleh Lenin menjadi ideologi Marxisme-Leninisme yang saat ini menjadi
pegangan mayoritas kaum komunis sedunia; (2) Sosialisme Demokrat, yang
pertama kali dikembangkan oleh Eduard Bernstein dan berkembang di Jerman dan kemudian
berkembang menjadi sosialis yang berciri khas Eropa; (3)Neomarxisme dan Gerakan Kiri Baru, yang
berkembang sekitar tahun 1965-1975 di
universitas-universitas di Eropa.
Walaupun demikian, ajaran Marx tidak hanya berkutat pada
ketiga aliran besar itu karena banyak sekali sempalan-sempalan yang memakai
ajaran Marx sebagai basis ideologi dan perjuangan mereka. Aliran lain yang
berkembang serta juga memakai Marx sebagai tolak pikirnya adalah Anarkisme.
Walaupun demikian anarkisme dan Marxisme berada
dipersimpangan jalan dalam memandang masalah-masalah tertentu. Pertentangan
mereka yang paling kelihatan adalah persepsi terhadap negara. Anarkisme percaya
bahwa negara mempunyai sisi buruk dalam hal sebagai pemegang monopoli kekuasaan
yang bersifat memaksa. Negara hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok
elit secara politik dan ekonomi, dan kekuatan elit itu bisa siapa saja dan apa
saja termasuk kelas proletar seperti yang diimpikan kaum Marxis. Dan oleh
karena itu kekuasaan negara (dengan alasan apapun) harus dihapuskan.
Di sisi lain, Marxisme memandang negara sebagai suatu organ
represif yang merupakan perwujudan kediktatoran salah satu kelas terhadap kelas
yang lain. Negara dibutuhkan dalam konteks persiapan revolusi kaum proletar, sehingga negara harus
eksis agar masyarakat tanpa kelas dapat diwujudkan. Lagipula, cita-cita kaum
Marxis adalah suatu bentuk negara sosialis yang bebas pengkotakan berdasarkan
kelas.
Selain itu juga, perbedaan kentara antara anarkisme dengan
Marxisme dapat dilihat atas penyikapan keduanya dalam seputar isu kelas serta
seputar metoda materialisme historis.
Pierre-Joseph Proudhon
Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir
yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap perkembangan anarkisme;
seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba
tahu’ dan merupakan tokoh
yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni
kehidupan intelektual dan sosial di zamanya, dan kritik-kritik sosialnya
didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Di antara pemikir-pemikir sosialis di
zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan
juga merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai
keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke
tingkat yang lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.
Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi
pemikiran demokrat-demokrat di Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu,
dan juga pengaruh negara dan kebijaksanaan ekonomi dalam proses alami kemajuan
sosial. Baginya, pemberantasan kedua-dua perkembangan yang bersifat seperti
kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad kesembilan belas. Proudhon
bukanlah seorang komunis.
Dia mengecam hak milik sebagai hak untuk mengeksploitasi,
tetapi mengakui hak milik umum alat-alat untuk ber produksi, yang akan dipakai
oleh kelompok-kelompok industri yang terikat antara satu dengan yang lain dalam
kontrak yang bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk mengeksploitasi manusia
lain dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya. Jumlah
waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda menjadi ukuran
nilainya dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital
untuk menjalankan riba dimusnahkan. Jikalau kapital tersedia untuk setiap
orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi sebuah instrumen yang bisa dipakai
untuk mengeksploitasi.
Internationale pertama
Mikhail Bakunin
Tokoh utama kaum anarkisme adalah Mikhail Bakunin, seorang
bangsawan Rusia yang kemudian sebagian besar hidupnya tinggal di Eropa Barat. Ia memimpin
kelompok anarkis dalam konverensi besar kaum Sosialis sedunia (Internasionale
I) dan terlibat pertengkaran dan perdebatan besar dengan Marx. Bakunin akhirnya
dikeluarkan dari kelompok Marxis mainstream dan perjuangan kaum anarkis
dianggap bukan sebagai perjuangan kaum sosialis. Sejak Bakunin, anarkisme
identik dengan tindakan yang mengutamakan kekerasan dan pembunuhan sebagai
basis perjuangan mereka. Pembunuhan kepala negara, pemboman atas gedung-gedung
milik negara, dan perbuatan teroris lainnya dibenarkan oleh anarkhisme sebagai
cara untuk menggerakkan massa untuk memberontak.
Mikhail
Bakunin merupakan
seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi yang dashyat. Bakunin
merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi mengembanginya ke bidang ekonomi
ketika dia dan sayap kolektivisme dalam First International mengakui hak milik
kolektif atas tanah dan alat-alat produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi
kepada hasil kerja seseorang. Bakunin juga merupakan anti komunis yang pada
saat itu mempunyai karakter yang sangat otoritar.
Pada
salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern (1868), dia berkata:
“Saya bukanlah seorang komunis
karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara dan terserap di
dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam
negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara --pemusnahan semua prinsip
otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia
bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak,
mengeksploitasi dan menghancurkan mereka.”
Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First International
percaya bahwa revolusi sudah berada di ambang pintu, dan mengerahkan semua
tenaga mereka untuk menyatukan kekuatan revolusioner dan unsur-unsur libertarian di dalam dan di luar First
International untuk menjaga agar revolusi tersebut tidak ditunggangi oleh
elemen-elemen kediktatoran. Karena itu Bakunin menjadi pencipta gerakan
anarkisme modern. Peter Kropotkin adalah seorang penyokong anarkisme yang
memberikan dimensi ilmiah terhadap konsep sosiologi anarkisme.
Anarkisme model Bakunin, tidaklah identik dengan kekerasan.
Tetapi anarkisme setelah Bakunin kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan
yang menjadikan kekerasan sebagai jalur perjuangan mereka. Dan puncaknya adalah
timbulnya gerakan baru yang juga menjadikan sosialisme Marx sebagai pandangan
hidupnya, yaitu Sindikalisme. gerakan ini
menjadikan sosialisme Marx dan anarkisme Bakunin sebagai dasar perjuangan mereka.
Bahkan gerakan mereka disebut Anarko-Sindikalisme.
Varian-Varian Anarkisme
Varian-Varian Anarkisme
Anarkisme, yang besar dan kemudian berbeda jalur dengan
Marxisme, bukan merupakan suatu ideologi yang tunggal. Di dalam anarkisme
sendiri banyak aliran-aliran pemikiran yang cukup berbeda satu dengan yang
lain. Perbedaan itu terutama dalam hal penekanan dan prioritas pada suatu
aspek. Aliran-aliran dan pemikiran-pemikiran yang berbeda di dalam Anarkisme
adalah suatu bentuk dari berkembangnya ideologi ini berdasarkan perbedaan latar
belakang tokoh, peristiwa-peristiwa tertentu dan tempat/lokasi dimana aliran itu berkembang.
Anarkisme-Kolektif
Kelompok anarkisme-kolektif sering diasosiasikan dengan
kelompok anti-otoritarian pimpinan Mikhail Bakunin yang
memisahkan diri dari Internationale I. Kelompok ini kemudian membentuk
pertemuan sendiri di St. Imier (1872). Di sinilah awal perbedaan antara kaum anarkis dengan
Marxis, diman sejak saat itu kaum anarkis menempuh jalur perjuangan yang
berbeda dengan kaum Marxis. Perbedaan itu terutama dalam hal persepsi terhadap
negara.
Doktrin utama dari anarkis-kolektif adalah "penghapusan segala bentuk
negara" dan "penghapusan hak milik pribadi
dalam pengertian proses produksi". Doktrin pertama merupakan
terminologi umum anarkisme, tetapi kemudian diberikan penekanan pada istilah "kolektif" oleh Bakunin sebagai perbedaan
terhadap ide negara sosialis yang dihubungkan dengan kaum Marxis. Sedangkan
pada doktrin kedua, anarkis-kolektif mengutamakan penghapusan adanya segala
bentuk hak milik yang berhubungan dengan proses produksi dan menolak hak milik
secara kolektif yang dikontrol oleh kelompok tertentu. Menurut mereka, pekerja
seharusnya dibayar berdasarkan jumlah waktu yang mereka kontribusikan pada
proses produksi dan bukan "menurut
apa yang mereka inginkan".
Pada tahun 1880-an, para pendukung
anarkis kebanyakan mengadopsi pemikiran anarkisme-komunis, suatu aliran yang
berkembang terutama di Italia setelah kematian Bakunin. Ironisnya, label "kolektif" kemudian secara umum sering
diasosiasikan dengan konsep Marx tentang negara sosialis.
Anarkisme Komunis
William Godwin
Ide-ide anarkis bisa ditemui dalam setiap periode
sejarah, walaupun masih banyak penelitian yang harus dilakukan dalam bidang
ini. Kita menemuinya dalam karya filsuf Tiongkok, Lao-Tse (yang berjudul Arah dan Jalan yang Benar) dan
juga filsuf-filsuf Yunani seperti Hedonists dan Cynics dan orang-orang yang mendukung ‘hukum
alam’, khususnya Zeno yang menemukan aliran ‘Stoic’ yang berlawanan dengan
Plato. Mereka menemukan ekspresi dari ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan juga dipengaruhi oleh beberapa
aliran Kristen di Zaman Pertengahan di Perancis, Jerman dan Belanda.
Hampir semua dari mereka menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia,
anarkisme ditemui dalam karya Peter Chelciky(The Net of
Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang dilakukan oleh Leo Tolstoy di kemudian hari.
Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan
kehidupan yang bebas dari semua cengkraman otoritas.
Sebagian dari pemrakarsa ideologi libertarian lainnya adalah La Boetie, Sylvan Marechal, dan Diderot.
Karya William
Godwin yang berjudul
‘Pertanyaan Mengenai Keadilan Politik dan Pengaruhnya Terhadap Moralitas dan
Kebahagiaan’, merupakan bagian penting dari sejarah anarkisme kontemporer.
Dalam karyanya tersebut Godwin menjadi orang pertama yang
memberikan bentuk yang jelas mengenai filsafat anarkisme dan meletakannya dalam
konteks proses evolusi sosial pada saat itu. Karya tersebut, boleh kita bilang
adalah ‘buah matang’ yang merupakan hasil daripada evolusi yang panjang dalam
perkembangan konsep politik dan sosial radikal di Inggris, yang meneruskan
tradisi yang dimulai oleh George Buchanan sampai Richard
Hooker, Gerard Winstanley, Algernon Sydney, John Locke, Robert Wallace dan John Bellers sampai Jeremy Bentham, Joseph
Priestley, Richard Price dan Thomas Paine.
Godwin menyadari
bahwa sebab-sebab penyakit sosial dapat ditemukan bukanlah dalam
bentuk negara tetapi karena adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah
merupakan karikatur masyarakat, dan manusia yang ada dalam cengkraman negara
ini hanyalah merupakan karikatur diri mereka karena manusia-manusia ini
digalakkan untuk menyekat ekspresi alami mereka dan untuk melakukan
tindakan-tindakan yang merusak akhlaknya. Hanya dengan cara-cara tersebut,
manusia dapat dibentuk menjadi hamba yang taat. Ide Godwin mengenai masyarakat
tanpa negara mengasumsikan hak sosial untuk semua kekayaan alam dan sosial, dan
kegiatan ekonomi akan dijalankan berdasarkan ko-operasi
bebas di antara
produsen-produsen; dengan idenya, Godwin menjadi penemu Anarkisme
Komunis.
Errico Malatesta
Namun demikian, kelompok anarkisme-komunis pertama kali
diformulasikan oleh Carlo Cafiero, Errico
Malatesta dan Andrea Costa dari kelompok federasi Italia pada
Internasionale I. Pada awalnya kelompok ini (kemudian diikuti oleh anarkis yang
lain setelah kematian Bakunin seperti Alexander Berkman, Emma Goldman, dan
Peter Kropotkin) bergabung dengan Bakunin menentang kelompok Marxis dalam
Internasionale I.
Berbeda dengan anarkisme-kolektif yang masih mempertahankan
upah buruh berdasarkan kontribusi mereka terhadap produksi, anarkisme-komunis
memandang bahwa setiap individu seharusnya bebas memperoleh bagian dari suatu
hak milik dalam proses produksi berdasarkan kebutuhan mereka.
Kelompok anarkisme-komunis menekankan pada egalitarianism
(persamaan), penghapusan hirarki sosial (social hierarchy), penghapusan
perbedaan kelas, distribusi kesejahteraan yang merata, penghilangan
kapitalisme, serta produksi kolektif berdasarkan kesukarelaan. Negara dan hak
milik pribadi adalah hal-hal yang tidak seharusnya eksis dalam
anarkisme-komunis. Setiap orang dan kelompok berhak dan bebas untuk
berkontribusi pada produksi dan juga untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan
pilihannya sendiri.
Anarko-Sindikalisme
Salah satu aliran yang berkembang cukup subur di dalam
lingkungan anarkisme adalah kelompok anarko-sindikalisme. Tokoh yang terkenal
dalam kelompok anarko-sindikalisme antara lain Rudolf Rocker,
ia juga pernah menjelaskan ide dasar dari pergerakan ini, apa tujuannya, dan
kenapa pergerakan ini sangat penting bagi masa depan buruh dalam pamfletnya
yang berjudulAnarchosyndicalism pada
tahun 1938. Pada awalnya, Bakunin juga adalah
salah satu tokoh dalam anarkisme yang gerakan-gerakan buruhnya dapat disamakan
dengan orientasi kelompok anarko-sindikalisme, tetapi Bakunin kemudian lebih
condong pada anarkisme-kolektif.
Anarko-sindikalisme adalah salah satu cabang anarkisme yang
lebih menekankan pada gerakan buruh (labour movement). Sindikalisme,
dalam bahasa
Perancis, berarti “trade
unionism”. Kelompok ini berpandangan bahwa serikat-serikat buruh (labor
unions) mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan
sosial secara revolusioner, mengganti kapitalisme serta menghapuskan negara dan
diganti dengan masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh pekerja.
Anarko-sindikalisme juga menolak sistem gaji dan hak milik dalam pengertian
produksi. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, anarko-sindikalisme
sepertinya tidak mempunyai perbedaan dengan kelompok-kelompok anarkisme yang
lain.
Prinsip-prinsip dasar yang membedakan anarko-sindikalisme
dengan kelompok lainnya dalam anarkisme adalah : (1) Solidaritas pekerja(Workers
Solidarity); (2) Aksi langsung (direct action); dan (3) Manajemen-mandiri
buruh (Workers self-management).
Anarkisme Individualisme
Anarkisme individualisme atau Individual-anarkisme adalah
salah satu tradisi filsafat dalam anarkisme yang menekankan pada persamaan
kebebasan dan kebebasan individual. Konsep ini umumnya berasal dari liberalisme
klasik. Kelompok individual-anarkisme percaya bahwa"hati nurani
individu seharusnya tidak boleh dibatasi oleh institusi atau badan-badan
kolektif atau otoritas publik". Karena berasal dari tradisi
liberalisme, individual-anarkisme sering disebut juga dengan nama "anarkisme liberal".
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam individual-anarkisme antara
lain adalah Max Stirner, Josiah Warren, Benjamin Tucker, John Henry Mackay,Fred Woodworth, dan
lain-lain. Kebanyakan dari tokoh-tokoh individual-anarkisme berasal dari Amerika
Serikat, yang menjadi basis liberalisme. Dan oleh karena itu
pandangan mereka terhadap konsep individual-anarkisme kebanyakan dipengaruhi
juga oleh alam pemikiran liberalisme.
Individual-anarkisme sering juga disebut "anarkisme-egois",
karena salah satu tokohnya, Max Stirner, menulis buku "Der Einzige und sein
Eigentum" (b.Inggris :
The Ego and Its Own / b.Indonesia :
Ego dan Miliknya) yang dengan cepat dilupakan, tetapi
mengalami kebangkitan lima puluh tahun kemudian, buku tersebut lebih
menonjolkan peran individu.
Buku Stirner itu pada dasarnya adalah karya filsafat yang
menganalisa ketergantungan manusia dengan apa yang dikenal sebagai‘kekuasaan
yang lebih tinggi’ (higher
powers). Dia tidak takut memakai kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil
survei. Buku tersebut merupakan pembrontakan yang sadar dan sengaja yang tidak
menunjukan kehormatan kepada otoritas dan karenanya sangat menarik bagi pemikir
mandiri.
Varian-varian anarkisme lainnya
Selain aliran-aliran yang disebut di atas, masih banyak lagi
aliran lain yang memakai pemikiran anarkisme sebagai dasarnya. Antara
lain :
Post-Anarchism,
yang dikembangkan oleh Saul Newman dan merupakan sintesis antara teori
anarkisme klasik dan pemikiran post-strukturalis.
Anarki
pasca-kiri, yang merupakan sintesis antara pemikiran anarkisme dengan gerakan
anti-otoritas revolusioner di luar pemikiran “kiri”mainstream.
Anarka-Feminisme,
yang lebih menekankan pada penolakan pada konsep patriarka yang merupakan
perwujudan hirarki kekuasaan. Tokohnya antara lain adalah Emma Goldman.
Eko-Anarkisme dan Anarkisme
Hijau, yang lebih menekankan pada lingkungan.
Anarkisme
insureksioner, yang merupakan gerakan anarkis yang menentang segala
organisasi anarkis dalam bentuk yang formal, seperti serikat buruh, maupun
federasi. Definisi tentang anarkisme insureksioner dijelaskan dalam jurnal Do or Die dan pamflet-pamflet grupVenomous
Butterfly yang
insureksionis :
“Adalah
suatu bentuk, yang tidak dapat terbakukan dalam satu kubu, serta sangat beragam
dalam perspektifnya. Anarkisme Insureksioner bukanlah sebuah solusi ideologis
bagi masalah-masalah sosial, dan juga bukan komoditi dalam pasar ideologi yang
digelar kapitalisme. Melainkan, ia adalah praktik berkelanjutan yang bertujuan
untuk mengakhiri dominasi negara dan berteruskembangnya kapitalisme, yang
membutuhkan analisa-analisa dan diskusi-diskusi untuk menjadikannya semakin
maju dan berkembang. Menurut sejarahnya, kebanyakan anarkis, kecuali mereka
yang percaya bahwa peradaban kapitalisme akan terus berkembang hingga titik
kehancurannya sendiri, percaya bahwa sebentuk aktivitas insureksioner
dibutuhkan untuk dapat mentransformasikan masyarakat secara radikal. Dalam
artian ini, negara harus dipukul mundur dari eksistensinya oleh mereka yang
tereksploitasi dan termarjinalkan, dengan demikian para anarkis harus
menyerang: menunggu sistem ini melenyap dan menghancurkan dirinya sendiri
adalah sebuah kekalahan telak.”
Anarkisme dan Agama
Pada dasarnya, sejak mulai dari Proudhon, Bakunin, Berkman,
dan Malatesta sampai pada kelompok-kelompok anarkis yang lain, anarkisme selalu
bersikap skeptik dan anti terhadap institusi agama.
Dalam pandangan mereka, institusi keagamaan selalu bersifat hirarki dan
mempunyai kekuasaan seperti layaknya negara, dan oleh karena itu harus ditolak.
Tetapi dalam agama sendiri (Kristen, Yahudi, Islam, dll) sebenarnya
pemikiran akan “anarkisme” dalam pengertian “without
ruler” sudah banyak ditemui.
Anarkis-Kristen
Dalam agama Kristen, konsep yang dipakai oleh kaum
anarkis-kristen adalah berdasarkan konsep bahwa hanya Tuhan yang mempunyai otoritas dan kuasa di
dunia ini dan menolak otoritas negara, dan juga gereja, sebagai manifestasi
kekuasaan Tuhan. Dari konsep ini kemudian berkembang konsep-konsep yang lain
misalnya pasifisme (anti perang), non-violence (anti kekerasan), abolition of state control(penghapusan
kontrol negara), dan tax
resistance (penolakan
membayar pajak). Semuanya itu dalam konteks bahwa kekuasaan negara tidak lagi
eksis di bumi dan oleh karena itu harus ditolak. Tokoh-tokoh yang menjadi
inspirasi dalam perkembangan gerakan anarkis-kristen antara lain : Soren
Kierkegaard, Henry David Thoreau, Nikolai
Berdyaev, Leo Tolstoy,
dan Adin Ballou.
Anarkisme dan Islam
Dalam agama Islam, kelompok anarkisme melakukan interpretasi
terhadap konsep bahwa Islam adalah agama yang bercirikan penyerahan total
terhadap Allah (bahasa Arab allāhu الله),
yang berarti menolak peran otoritas manusia dalam bentuk apapun. Anarkis-Islam
menyatakan bahwa hanya Allah yang mempunyai otoritas di bumi ini serta menolak
ketaatan terhadap otoritas manusia dalam bentuk fatwa atau imam. Hal ini
merupakan elaborasi atas konsep “tiada
pemaksaan dalam beragama”. Konsep anarkisme-islam kemudian berkembang
menjadi konsep-konsep lainnya yang mempunyai kemiripan dengan ideologi sosialis
seperti pandangan terhadap hak milik, penolakan terhadap riba, penolakan
terhadap kekerasan dan mengutamakan self-defense,
dan lain-lain. Kelompok-kelompok dalam Islam yang sering diasosiasikan dengan
anarkisme antara lain : Sufisme dan Kelompok Hashshashin.
Salah seorang tokoh muslim anarkis yang berpengaruh yaitu Peter Lamborn Wilson, yang
selalu menggunakan nama pena Hakim Bey. Dia mengkombinasikan ajaran sufisme dan
neo-pagan dengan anarkisme dan situasionisme. Dia juga merupakan seorang yang
terkenal dengan konsepnya Temporary
Autonomus Zones.
Yakoub Islam, seorang
anarkis muslim, pada 25 Juni 2005 mempublikasikan Muslim Anarchist Charter (Piagam
Muslim Anarkis), yang berbunyi :
§ Tiada
tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusannya;
§ Tujuan
dari hidup ialah untuk membangun sebuah hubungan kasih yang damai dengan Yang
Maha Esa melalui pemahaman untuk bertindak sesuai ajaran, wahyu, serta
tanda-tandanya di dalam Penciptaannya juga hati manusia;
§ Demi
tujuan seperti itu kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk mempelajarinya
dengan kehendak hati yang bebas, dan secara sadar menolak setiap bentuk
kompromi dengan institusi kekuasaan, entah dalam bentukbnya yang yuridis,
relijius, sosial, korporatik maupun politis;
§ Demi
tujuan seperti itu kita harus aktif di dalam kegiatan merealisasikan keadilan
yang bertujuan untuk membangun sebuah komunitas-komunitas dan masyarakat dimana pembangunan jiwa yang spiritual
tidak terbatasi lagi oleh kemiskinan, tirani, dan ketidakpedulian.
Muslim
Anarchist Charter menolak:
§ Kekuatan
fasis yang bertujuan untuk memapankan kebenaran tunggal yang absolut, termasuk
patriarki, kerajaan, dan kapitalisme.
Kritik atas Anarkisme
Baik secara teori ataupun praktik, anarkisme telah
menimbulkan perdebatan dan kritik-kritik atasnya. Beberapa kritik dilontarkan
oleh lawan utama dari anarkisme seperti pemerintah. Beberapa kritik lainnya
bahkan juga dilontarkan oleh para anarkis sendiri serta ada juga yang muncul
dari kalangan kaum kiri otoritarian seperti yang dilontarkan oleh kalangan
marxisme. Kritik biasanya dilontarkan sekitar permasalahan idealisme anarkisme
yang mustahil dapat diterapkan di dunia nyata, seperti apa yang banyak dipecaya
oleh para anarkis mengenai ajaran bahwa manusia pada dasarnya baik dan bisa
menggalang solidaritas kemanusiaan untuk kesejahteraan manusia tanpa penindasan
oleh sebagiannya yang hal tersebut banyak dibantah oleh para ekonom. Dan juga
mengenai ajaran bahwa setiap manusia lahir bebas setara yang juga dibantah oleh
para pakar sosiolog.
Kritik juga dilontarkan atas penolakan anarkisme terhadap
organisasi sentralis seperti pemerintahan kaum buruh, partai revolusioner, dan
lain sebagainya, yang dianggap oleh banyak pihak justru akan melemahkan posisi
kaum anarkis apabila revolusi terjadi. Hal ini juga yang dituduhkan kepada para
anarkis saat revolusi
Spanyol terjadi, paska
pengambilan kekuasaan oleh kaum proletariat atas rezim fasis yang pada saat itu
berkuasa di Spanyol.
No comments:
Post a Comment